Tuesday, February 7, 2017

Menangkal Sikap individualisme.

DAKWAH MENANGKAL SIKAP INDIVIDUALISME, MATERIALISME DAN BUDAYA HEDONISME


الحمد الله. الحمد الله الّذى جعل لكلّ شيئ سببا. وأرسل من السّمآء ماء إلى الارض وأنبت به حبّا ونبتا. أشهد ان لا اله الاّ اللهوحده لا شريك له شهادة تنجين قائلها يوم القيامة حسنا وحسبا. وأشهد انّ سيدنا محمّدا عبده ورسوله ألهادى الى امته صراطامستقيما. اللّهم صلّ وسلّم على سيدنا محمّدوعلى اله وصحبه أشرف الخليقة عجما وعربا.(امّا بعد) فيآايها الحاضرون رحمكم الله. اوصيكم ونفسى بتقّو الله فقد فازالمتّقون. واعلموا انّ الله تعالى خلق الانسان لطاعته وعبادته ولا يستطيع الأنسان لطاعته الاّ بالأقوات والأطعمات. ولا تحصلها الاّ بالابتغاء والإكتساب. فقد قال الله تغالى فى كتابه الكـريم. اعـوذ بالله من الشـيطان الرجــيم. بســـم الله الرّ حـــمن الرّ حيم.ومامن دآبة فى الارض إلاّ على الله رزقها. ويتعلم مسـتقرها ومسـتودعهافي كـل كـتاب مّبــين.
HADIRIN JAMAAH JUM’AH RAHIMAKUMULLAH .........
Dalam kesempatan yang baik ini, marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. dengan cara melatih pengendalian diri kita sendiri, lingkungan dan kemudian masyarakat dari kecenderungan hawa nafsu ke arah negatif. Sehingga kita dapat memenuhi tugas hidup kita sebagai “KHOIRO UMMAH” dalam rangka melaksanakan segala perintah Allah Azza Wa Jalla, menjauhi larangan – Nya dan senantiasa ta’at kepada Rasulullah SAW. mengikuti jejak hidup dan petunjuknya.
HADIRIN SIDANG JUM’AH YANG DIMULYAKAN ALLAH ........
Pandangan orang tentang arti hidup selalu berbeda. Pertanyaan seperti; untuk apa hidup bagi manusia, selalu berbeda jawabannya. Bagi umat Islam, hidup bukanlah swekedar untuk hidup. Hidup (di dunia) bukanlah tujuan. Hidup dan kehidupan manusia merupakan proses dan tahapan yang akan berakhir di dunia dengan datangnya kematian. Sebagai proses, kita menyadari bahwa; hidup tentu memerlukan berbagai sarana. Sarana yang paling mendasar secara fisik adalah aspek kesehatan dan aspek ekonomi. Perbedaan hidup manusia dengan hidup yang dialami oleh makhluk lain, hanyalah terletak pada nilai dan makna. Sedangkan nilai dan makna hidup manusia ditentukan oleh aspek spiritual. Hal ini tersirat dalam firman Allah Ta’alaa yang berbicara tentang “etos kerja” Qur’an Surat; Al Jumu’ah ayat 9 :
فإذاقضيت الصلاة فانتشروا فىالارض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلّكم تفلحون . (الجمعة : 9)
Artinya : “Maka, apabila telah ditunaikan sembahyang, bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak, supaya kamu beruntung.”
Esensi makna yang terkandung di dalam ayat di atas, tersirat adanya kecenderungan pada titik tekan ikhtiyar, usaha dan bekerja yang sama sekali tidak mengesampingkan aspek-aspek spiritual sebagai pengendalian “nilai dan makna hidup”, bagi manusia. Model pembangunan yang difokuskan pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, tampaknya cenderung memisahkan atau mengasingkan aspek spiritual tadi. Alienasi antara keduanya tercermin pada gerakan dan pelembagaan agama yang tidak menyatu dengan aktifitas pelembagaan ekonomi. Keadaan seperti ini akan mengacu pada pembentukan nilai dan norma ekonomis. Ini berarti bahwa; ekonomi merupakan sistem nilai tersendiri. Akibatnya, gerakan ekonomi berhadapan secara diametral/terpisah dengan sistem nilai spiritual. Pada gilirannnya gerakan ekonomi berjalan bebas tanpa spiritualitas dan meluncurkan sikap kompetitif yang bila tidak dikontrol oleh apek spiritual (nilai-nilai rohania, moralitas dan kejiwaan) akan cenderung ke arah pembentukan atau terbangunnya faham individualisme, materialisme dan konsumerismenya yang pada akhirnya tercipta budaya “Hedonisme” yaitu ‘pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama dalam hidup.’ Dan yang jelas faham dan budaya semacam ini bertentangan keras dengan “Etika berekonomi” dan moralitas dalam Islam.
HADIRIN JAMA’AH JUM’AH YANG TERHORMAT .......
Disinilah pentingnya media dakwah yang partisipatif yang secara interaktif dapat mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya, yang juga secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi peningkatan nilai-nilai keberagamaan umat. Dalam kaitan ini, Allah SWT. menyerukan perintah berdakwah dalam kerangka “Amar Ma’ruf Nahi Mungkar” melalui firmannya, Qs. Ali Imran ayat 104 :
ولتكــم منكــم امّة يدعــون الى الخير ويأمرون بالمعـروف وينهون عن المنكر. وأولئك هم المفلحون . (ال عمران : 104)
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Dan dalam kerangka operasional pelaksanaannya, sebagai juklak etika dakwah yang ideal, konseptual yang partisipatif, Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an :
اذع الى سبــيل ربّك بالحكــمة والموعــظة الحســـنة وجـــادلهــــم بالتى هي احسن . إنّ ربّك هو اعلم بمن ضل عن سبيله. وهو اعلم بالمهتدين (النحل : 125)
Artinya : “Suruhlah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang Maha Mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan – Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang menadapat petunjuk.” (Qs. An Nahl : 125) Dari dua ayat di atas sebagai dogma ajaran formal dapatlah difahami bahwa; dakwah adalah berarti mengundang, mengajak dan mendorong sasaran (manusia) untuk melakukan pekerjaan ma’ruf dan melarang bertindak mungkar. Dapat juga dakwah diartikan mengajak sasaran ke jalan Allah, yakni agama Islam. Ketika dinamika kemasyarakatan mengalami perubahan yang sedemikian dahsyat, sebagai akibat proses modernisasi yang sarat dengan dominasi ekonomi, kemajuan tekhnologi, melubernya informasi dan tingginya tingkat mobilitas/perpindahan manusia dalam bentuk urbanisasi misalnya, jelas akan mengubah pola dan wajah perilaku masyarakat menjadi individualistik, materialistik dan tumbuh dan berkembangnya budaya “Hedonisme” yang tentunya akan meruntuhkan struktur sosial yang sudah mapan. “Kegelisahan sosial” yang diakibatkan oleh alih tehnologi material yang tidak akan behenti dengan segala dampaknya inilah, yang kemudian menuntut adanya strategi alih tekhnologi sosial, melalui rekayasa pola pengembangan dakwah yang ideal efektif yang secara interaktif dapat meningkatkan kualitas keislaman masyarakat, mewujudkan keseimbangan dimaksud tentunya mengacu pada tercapainya kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat nanti.
HADIRIN SIDANG JUM’AH YANG BUDIMAN ........
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah; jika tuntutan dakwah itu harus mencapai sasaran dan target yang sedemikian beratnya, maka harus dengan apakah kita membendung berkembangnya faham individualisme, materialisme dan tumbuhnya budaya hedonisme itu ......? Saya kira konsep yang paling mendasar adalah : bahwa dakwah harus dapat menyadarkan mansia dari; pertama : mamahami kembali makna dan tujuan hidup yang sebenarnya, dan yang kedua : adalah menanamkan pandangna yang tetap menganggap bahwa yang namanya “dunia”, kebendaan dan kekayaan materi “merupakan realitas yang terendah.” Tapi perlu diingat bahwa Islam sebagai agama fitrah, sebagai ajaran kerohanian tetap memegang prinsip pada pandangan yang menyatakan “Realita spiritual yang batiniah, bagaimanapun tidak dapat dianggap terpisah dengan realitas sosial yang lahiriah.” Oleh karenanya agama Islam tetap meletakkan kekayaan materi pada proporsinya. Kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang berdarah daging. Tapi, karena hakikat manusia itu bukanlah ada pada daging dan darahnya, melainkan pada rohaniahnya, maka janganlah mansuia memandang materi ansih sebagian tujuan hidupnya. Mencari kekayaan materi dan menguasainya semata-mata untuk keduniaan, dikecam sebagai kebodohan yang nyata. Pandangan sekularisme dan metrialisme yang mempertuhankan benda, begitu jelas mendapatkan kutukan. Dalam Al Qur’an Allah berfirman :
ألهكم التكثر. حتّى زر تم المقابر
Artinya : “Berlomba untuk menumpuk kekayaan telah membuat kalian-kalian lupa (akan hakikat hidup), sampai kalian masuk keliang kubur.” (Qs. At Takatsur : 1 dan 2)
Pada bagian yang lain, Allah kembali menegaskan kutukannya, dan Diapun berfirman dalam Qs. Al Lumazah ayat 1, 2 dan 3 :
ويل لكل همزة لمزة الذي جمع مالا وعدده يحسب ان ما له اخلده
Artinya : “Celakalah setiap orang yang mengumpat dan mencaci; yang menghimpun materi dan menghitung-hitungnya. Dikiranya kekayaan itulah yang akan mengekalkan hidupnya.”
وماالحيوة الدّنيا إلا متع الغرور (العمران : 185)
Artinya : “Bukanlah kehidupan duniawi itu, semata-mata kesenangan yang menipu ?”
Kata-kata “DUNYA” disebut lebih dari seratus kali dalam Al Qur’an, hampir kesemuanya dalam konteks mengecam, minimal melecehkan orang-orang yang menganggap kenikmatan dan prestasi duniawi sebagai kenikmatan dan prestasi yang sejati. Demikian juga kata-kata “MAL atau AMWAL” disebutkan sekitar 78 kali dalam Al Qur’an lebih banyak memberikan “peringatan” agar manusia tidak sampai tertipu dengan memandang kekayaan materi sebagai tujuan, disatu sisi dan pada pihak yang lain Al-Qur’an memberikan “dorongan” agar manusia bergegas menggunakan kekayaannya sebagai alat untuk mencari kebahagiaan sejati di akhirat. Lalu caranya bagaimana ? Allah Azza Wa Jalla memberikan petunjuknya melalui firmannya dalam Al Qur’an Surat As Shaff ayat 10 dan 11 :
يآايها الذّين آمنو هل أدلكم على تجارة تنجيكم من عذاب أليم. تؤمنون با لله ورسوله وتجاهدون فى سبيل الله بأموالكم وانفســكـــم. ذلكـــم خير لكــم إن كنتــم تعلـــــــــمون.
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih ? (yaitu) kamu beriman kepada Allah, Utusannya dan berjuanglah di jalan kebaikan dengan harta dan potensi pribadimu. Itulah yang lebih baik bagimu, sekiranya engkau tahu.”
Mudah-mudahan kita senantiasa mendapatkan bimbingan, Taufiq serta hidayah dari Allah SWT. Amin 3x Yaa ...... Robbal ‘Alamin !
صدق الله سبحانه وتعالى على لسان نبيه الأمين. واذا قرئ القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون. أعوذبالله من الشّيطان الرجيم. وأنفقوا فى سبيل الله ولا تلقوا بأيديكم الى التهلقة. واحسنوا ان الله يحبّ المحسنين. بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم. وننعى واياكم بمافيه من الأياة والذكر الحكيم. وتقـــبل منيّ ومنكم تلاوته إنه هو السّميع العليم.
Khutbah Ke 2
ااَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Saturday, February 4, 2017

Sebab - Sebab Penyakit Hati

Sebab Sebab Penyakit Hati

Tanggal 4 Februari adalah hari Kanker Sedunia

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ فِي كُلِّ زَمَانٍ فَتْرَةً مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الْأَذَى، يُـحْيَونَ بِكِتَابِ اللهِ الـمَوْتَى وَيُبَصِّرُونَ بِنُورِ اللهِ أَهْلَ الْعَمَى، فَكَمْ مِنْ قَتِيْلٍ لِإِبْلِيْسَ قَدْ أَحْيَوْهُ وَكَمْ مِنْ ضَالٍّ تَائِهٍ قَدْ هَدَوْهُ فَمَا أَحْسَنَ أَثَرِهُم عَلَى النَّاسِ وَأَقْبَحَ أَثَرِ النَّاسِ عَلَيْهِمْ. يُنْفَوْنَ عَنْ كِتَابِ اللهِ تَـحْرِيفَ الغَالِّينَ وَانْتِحَالَ الـمُبْطِلِينَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِينَ الَّذِيْنَ عَقَدُوا أُلُوِيَّةَ البِدْعَةِ وَأَطْلَقُوا عِقَالَ الفِتْنَةِ فَهُمْ مَخْتَلِفُونَ فِي الكِتَابِ مُخَالِفُونَ لِلْكِتَابِ مُجْمِعُونَ عَلَى مُفَارَقَةِ الكِتَابِ يَقُولُونَ عَلَى اللهِ وَفِي اللهِ وَفِي كِتَابِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَتَكَلَّمُونَ بِالـمُتَشَابِهِ مِنَ الكَلَامِ وَيُـخْدِعُونَ جُهَّالَ النَّاسِ بِمَا يُشْبِهُونَ عَلَيْهِمْ فَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ فِتَنِ الْمُضِلِّينَ، أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Marilah kita mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita terutama nikmat memeluk agama Islam dan nikmat berada di atas jalan kebenaran, jalannya para salafus shalih, generasi pertama Islam. Dan kita berharap dengan syukur kita ini, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menambah nikmat-Nya dan memang demikianlah janji-Nya kepada kaum muslimin, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah menyalahi janjinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Telah kita ketahui bersama, bahwa setiap anggota badan kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk suatu tugas khusus, seperti mata diciptakan untuk meluhat, telinga untuk mendengar, dan begitulah seterusnya. Adapun tanda sakit anggota badan adalah apabila dia itu tidak bisa melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
Sebagai contoh mudah, mata yang tidak bisa digunakan untuk melihat dengan jelas maka dia adalah mata yang sakit, telinga yang tidak bisa digunakan untuk mendengar dengan baik, maka dia adalah telinga yang sakit. Demikian pula hati atau hati, hati yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melaksanakan tugas khusus yang karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakannya yaitu mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mencinta-Nya serta untuk beribadah kepada-Nya semata. Maka barangsiapa yang lebih mencintai dan lebih mementingkan sesuatu selain Allah Subhanahu wa Ta’ala berarti hatinya sakit.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sungguh sudah menjadi fitrah manusia apabila ia ditimpa suatu penyakit dia akan berusaha mencari obatnya, benarlah kata pepatah “mencegah lebih baik dari mengobati.” Dan untuk mencegah suatu penyakit maka kita harus mengetahui penyebab-penyebabnya.
Ada suatu penyakit yang lebih berbahaya dari semua penyakit jasmani yang paling berbahaya. Sungguh suatu kerugian bila seseorang ditimpa suatu penyakit tapi ia sendiri tidak menyadarinya. Penyakit ini mudah sekali menular dan mudah tertanam ini mudah sekali menular dan mudah tertanam dalam tubuh, dan tidak menutup kemungkinan kita mengidap penyakit yang sangat berbahaya itu. Penyakit itu adalah penyakit hati.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita mempelajari penyebab-penyebab penyakit hati dengan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar terhindar dari penyakit-penyakit Allah Subhanahu wa Ta’ala agar terhindar dari penyakit-penyakit tersebut dan bisa berusaha mengobatinya bila kita telah terlanjur terjangkit penyakit tersebut.
Ada enam penyakit hati yang akan kami sebutkan pada kesempatan yang berbahagia ini, yang kesemuanya adalah penyakit-penyakit yang sangat berbahaya yang sering menjangkit umat. Di antara penyakit-penyakit tersebut adalah: Sebab penyakit hati pertama, berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syirik adalah jika seorang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ibadah kepada-Nya. Di samping dia beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dia juga beribadah kepada selain Allah. Perbuatan syirik adalah perbuatan yang sangat tercela dan terlaknat.
Orang yang terkena penyakit ini ia akan menjalani hidupnya di dunia ini dengan iman dan aqidah yang cacat, hatinya akan selalu sakit, semua yang dilakukannya hanya berkisar nafsu belaka, dia tidak akan mengenal agama Islam ini dengan baik, sebaliknya dia akan mendapatkan kesedihan, perasaan takut, dan kehancuran, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang-orang yang berbuat syirik kedudukannya lebih rendah dari binatang-binatang ternak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلاَّ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً

“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqan: 44)
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Disebutkan di dalam Alquran, orang yang berbuat syirik seperti seorang yang jatuh dari langit, kemudian disambar oleh burung-burung, dan dicabik-cabiknya, atau dilemparkan oleh angin ke tempat yang jauh dan hina.” Nas’alullaha al-afiyah.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sebab penyakit hati kedua, perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apabila kemaksiatan sudah bertumpuk dalam hati seseorang, maka dia akan menghalangi pandangan hati sehingga dia tidak dapat melihat, menyadari, memahami serta berfikir tentang ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika maksiat telah berkumpul dalam hatinya, maka dia akan mencengkramnya sehingga hatinya tidak menyenangi kebaikan dan tidak mau berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu yang paling menyedihkan ia akan dikuasai oleh hawa nafsurnya yang jahat, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى اْلأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلُ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِئَايَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dijuurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raf: 176)
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebab penyakit hati ketiga adalah kelalaian dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Manusia yang lengah akan terkejut tatkala mendengar dzikir atau nasihat dari seseorang, meskipun dia seorang penuntut ilmu, apalagi orang awam Hal ini disebabkan kelalaian dari merenungi ayat-ayat-Nya sehingga setan masuk melalui peredaran darahnya menuju hatinya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengingatkan hal ini sebagaimana dalam firman-Nya,

وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ

“Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari berbangkit). Maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (mereka berkata): “Aduhai, celakalah Kami, Sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 97)
Orang yang lengah atau lalai diibaratkan seperti orang yang masuk ke dalam masjid lalu setan menekannya sehingga orang tersebut tidak berdzikir kepada Allah sedikit pun, seperti orang yang datang ke sebuah majelis ta’lim dia malah tertidur atau memikirkan hal-hal dunia, sehingga ia tidak memahami isi dari kajian tersebut.
Kelengahan menyerang hati seseorang, sehingga membuatnya berpaling dari taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak senang berdzikir, tidak senang mendengar suatu kebaikan dan tidak mau mendekat kepada ahli dzikir yaitu para ulama.
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebab penyakit hati keempat adalah berpaling dari mempeajari ilmu agama, mendalami, dan mempelajari sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pada zaman sekarang ini, kita sering mendapati orang lebih faham ilmu dunia daripada ilmu agama, bahkan masalah-masalah yang ringan dalam agama mereka tidak mengetahuinya, tata-cara berwudhu atau mandi sesuai sunah atau yang lebih sederhana dari pada itu mereka tidak memahaminya, mereka lebih mendahulukan urusan dunia yang fana ini.
Kemudian ada sebagian kaum muslimin yang berpaling dari membaca dan memahami Alquran dan al-Hadis, sehingga hati mereka terjangkit suatu penyakit berbahaya. Reaita membuktikan pada zaman sekarang ini, banyak para pemuda muslim yang buta akan huruf Alquran dan tidak bisa membacanya. Mereka enggan belajar ilmu agama Islam yang benar, yang digali dari Alquran dan sunah berdasarkan pemahaman para pendahulu mereka yang shaleh seperti para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka lebih menyukai mempelajari buku-buku hasil karya musuh-musuh Islam, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى {124} قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا {125} قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ ءَايَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى {126}

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan akud alam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Toha: 124-126)

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Ke 2

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebab penyakit hati kelima, sibuk dengan urusan dunia dan mengabaikan agama.
Apabila seorang telah terjangkit penyakit ini, maka waktu-waktunya, baik siang atau malam ia habiskan untuk mengejar dunianya, pikirannya terfokus agar tercapai semua keinginannya. Adapun akhirat mereka kesampingkan sehingga tidak heran kalau kita dapati di masjid-masjid kaum muslimin ketika khutbah Jumat mereka tertidur, tidak memperhatikan dan mendengarkan khutbah, video kajian nikmatpadahal mendengarkan dua khutbah tersebut hukumnya wajib, yang demikian karena mereka telah kelelahan dengan urusannya. Kalaupun mata mereka tidak tertidur pikirannyalah yang terbang melayang bersama angan-angan dan lamunannya. Naudzubillah
Kita khawatir inilah sifat yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ia termasuk orang-orang yang lari dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam Alquran Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang lalai hati kita dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mudah-mudahan Allah menolong kita sehingga senantiasa kita dapat menghindari penyebab-penyebab sakit hati tersebut dan senantiasa diberikan petunjuk dan hidayah-Nya. Amin.

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Membuka Pintu Rezeki

Membuka Pintu Rejeki

Tanggal 20 Februari adalah hari Pekerja Indonesia

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”
أما بعد

Jamaah Jumat rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan bahwa setiap makhluk di muka bumi ini pasti mendapatkan rezeki dari-Nya. Jangankan manusia, yang merupakan makhluk yang Allah muliakan, hewan pun Allah jamin rezekinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَامِن دَآبَّةٍ فِي اْلأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
Namun rezeki tersebut harus dijemput dengan usaha dan kerja, selain usaha yang bersifat fisik Islam pun mengajarkan metode menjemput rezeki dengan cara menggabungkan usaha fisik dengan usaha spiritual.
Nabi Nuh ‘alaihissalam pernah berkata kepada kaumnya:

قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ {2} أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ {3}

“Wahai kaumku, Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu—(yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku—Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu (memanjangkan umurmu) sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui”. (QS. Nuh: 2-3)
Nuh ‘alaihissalam juga berkata:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا {10} يُرْسِلِ السَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا {11}

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun—Niscaya Dia akan mengirimkan hujan lebat kepadamu, membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun serta mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai untukmu. (QS. Nuh: 10-11)
Dari beberapa ayat di atas terdapat beberapa pelajaran, di antaranya:
Pertama, dakwah para nabi ushul (asas) nya adalah sama yaitu Tauhid (menyeru beribadah kepada Allah saja dan meniadakan sesembahan selain-Nya), meskipun syariatnya berbeda-beda.
Kedua, dalam berdakwah, para nabi mengedepankan al-ahamm fal ahamm (yang lebih terpenting di antara yang penting) yaitu tauhid sebelum yang lain.
Ketiga, sabar adalah senjata para nabi dalam menghadapi sikap kaumnya yang semakin hari bertambah jauh dan lari.
Perhatikanlah kata-kata Nabi Nuh ‘alaihissalam ketika mengadu kepada Allah Jalla wa ‘Alaa tentang keadaan kaumnya:

فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِى إِلاَّ فِرَارًا {6} وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا {7}

Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)—Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. (QS. Nuh: 6-7)
Akan tetapi Nabi Nuh ‘alaihissalam tetap bersabar dalam dakwah yang ditekuninya selama 950 tahun dan pengikut yang hanya berjumlah sedikit.
Keempat, dengan istighfar dan tobat, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan banyak rezeki kepada kita.
Ibnu Abbas berkata tentang tafsir ayat “membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun serta mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai untukmu.”
“Jika kalian mau bertobat kepada Allah dan menaati-Nya, maka Alllah akan memperbanyak rezeki, menurunkan hujan dari langit karena ia (langit) diberkahi dan menumbuhkan tanaman-tanaman karena bumi diberkahi.”
Kunci-kunci Rezeki
Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah
Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa istighfar dan tobat adalah salah satu di antara kunci rezeki. Tetapi jangan sampai tujuan utama dari beristighfar dan bertaubat adalah agar mendapatkan rezeki, karena akan menodai keikhlasan.
Kalau seseorang niatnya seimbang antara agar diberikan ganjaran ukhrawi dan ganjaran duniawi maka hanya akan mengurangi pahala keikhlasan. Tetapi, jika yang lebih besar niatnya adalah agar mendapatkan ganjaran duniawi, maka ia bisa tidak memperoleh ganjaran ukhrawi, bahkan dikhawatirkan akan menyeretnya kepada dosa. Sebab ia telah menjadikan ibadah yang semestinya karena Allah, malah dijadikan sarana untuk mendapatkan dunia yang rendah nilainya.
Selain istighfar dan taubat, yang termasuk ke dalam kunci rezeki juga adalah:
Takwa (Menjalankan Perintah Allah dan Menjauhi Larangan-Nya)
Allah berfirman:

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ● وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (solusi)—Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. (QS. Ath Thalaq: 2-3)
Sehingga, secara umum taqwa adalah salah satu pintu rezeki, sebaliknya maksiat adalah salah satu sebab terhalangnya rezeki.
2. Tawakkal kepada Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath Thalaq: 3)
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلىَ اللّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا

“Kalau sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu kamu akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, berangkat pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan, “Hadits hasan shahih.”)
Perlu diketahui bahwa tawakkal itu tidaklah seperti yang dipahami oleh orang-orang yang tidak mengerti terhadap Islam, yang mengartikan tawakkal adalah membuang jauh-jauh sebab dan tidak beramal serta ridha dan rela terhadap kerendahan, tidak demikian.
Tawakkal adalah sebuah ketaatan kepada Allah dengan menjalankan sebab. Oleh karena itu, seseorang tidaklah berharap untuk memperoleh sesuatu kecuali menjalankan sebab-sebabnya. Adapun tercapai atau tidaknya dia serahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sambil berharap semoga yang dicita-citakannya tercapai, karena hanya Dia-lah yang mampu mendatangkan hasilnya. Betapa banyak orang yang menjalankan sebab, namun ternyata tidak memperoleh hasil apa-apa.
3. Menyempatkan Diri untuk Beribadah
Misalnya mengerjakan amalan sunat setelah amalan yang wajib. Baik yang berupa ibadah lisan seperti dzikr, membaca Alquran dan mengajarkannya, dsb. maupun yang berupa perbuatan seperti shalat-shalat sunah dsb.
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَقُوْلُ رَبُّكُمْ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلَأُ قَلْبَكَ غِنًى وَأَمْلَأُ يَدَكَ رِزْقًا يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُبَاعِدْ مِنِّيْ أَمْلَأُ قَلْبَكَ فَقْرًا وَأَمْلَأُ يَدَكَ شُغْلاً

Tuhanmu berfirman, “Wahai anak Adam! Sempatkanlah beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi hatimu dengan rasa cukup dan Aku akan memenuhi tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam! Janganlah menjauh dari-Ku. Jika demikian, Aku akan memenuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku akan memenuhi tangan-Mu dengan kesibukan.” (HR. Hakim, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
4. Berhajji dan Berumrah
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَابِعُوْا بَيْنَ الْحَجِّ وَاْلعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ كَمَا يَنْفِي اْلكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُوْرَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

“Sertakanlah hajji dengan umrah, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa. Sebagaimana kir menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Haji yang mabrur tidak ada balasannya selain surga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, Syaikh al-Albani menghasankannya dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
5. Menyambung Tali Silaturrahim
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Bukhari(
Silaturrahim adalah sebuah istilah untuk sikap ihsan (berbuat baik) kepada kerabat yang memiliki hubungan baik karena nasab (keturunan) maupun karena ash-har (perkawinan), bersikap lemah lembut kepada mereka, memberikan kebaikan dan menghindarkan keburukan semampunya yang menimpa mereka, serta memperhatikan keadaan mereka baik agama maupun dunianya
6. Berinfak
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَآأَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

قَالَ اللَّهُ أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

Allah berfirman, “Berinfaklah wahai anak Adam! Niscaya Aku akan berinfak kepadamu.” (HR. Bukhari)
Juga bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ ، فَيَقُوْلُ أَحَدَهُمَا : اللَّهُمَّ أَعطِ مُنْفِقاً خَلَفاً، وَيَقُولُ الآخَرُ : اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكاً تَلَفاً

“Tidak ada satu hari pun, di mana seorang hamba melalui pagi harinya kecuali dua malaikat turun, yang satu berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak”, sedangkan malaikat yang satu lagi berkata, “Ya Allah, timpakanlah kerugian kepada orang yang bakhil.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta, dan Allah tidaklah menambahkan hamba-Nya yang sering memaafkan kecuali kemuliaan. Demikian juga tidaklah seseorang bertawadhu’ karena Allah, kecuali Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
7. Berbuat baik kepada kaum dhu’afa’ (kaum lemah seperti kaum fakir-miskin)
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ

“Bukankah kamu dibela dan diberi rezeki karena (berbuat ihsan) kepada kaum dhu’afa kamu.” (HR. Bukhari)
8. Hijrah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَن يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللهِ يَجِدْ فِي اْلأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (QS. An Nisaa’: 100)
Hijrah secara syara’ artinya meninggalkan sesuatu yang dibenci Allah menunju hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya. Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Orang muslim adalah orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari mengganggu muslim lainnya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perbuatan yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari)video kajian sejarah pengusahamuslim
Termasuk ke dalam hal ini adalah berhijrah dari negeri kafir (negeri tempat merajalelanya kesyirkkan atau syi’ar-syi’ar kekufuran) dan dirinya tidak mampu menjalankan ajaran-ajaran Islam di sana, menuju negeri Islam (negeri di mana syi’ar Islam nampak seperti azan, shalat berjama’ah, shalat Jum’at dan shalat hari raya). Kecuali jika ia tidak mampu berhijrah atau ia berniat dakwah di sana, maka tidak mengapa tinggal di negeri kafir.
9. Bersyukur Terhadap Nikmat Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“.(QS. Ibrahim: 7)
Bersyukur kepada Allah adalah dengan mengakui nikmat yang didapatkan berasal dari-Nya, memuji-Nya dan menggunakan nikmat itu untuk ketaatan kepada-Nya.
10. Membantu Penuntul Ilmu Syar’i.
Dalam Sunan At Tirmidzi disebutkan:

كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِى النَّبِيَّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْآخَرُ يَحْتَرِفُ، فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلىَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ

“Ada dua orang bersaudara di zaman Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam, yang satu datang kepada Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam (untuk belajar), sedangkan yang satunya lagi bekerja. Maka orang yang bekerja ini mengeluhkan kepada Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam tentang saudaranya. Beliau pun bersabda, “Mungkin saja kamu diberi rezeki karenanya.”
Dengan demikian jamaah rahimakumullah, setiap ibadah yang kita lakukan, bukanlah menunjukkan Allah butuh kepada kita dan Allah mengharapkan kemanfaatan dari ibadah kita kepada-Nya, akan tetapi ibadah kita kepada Allah merupakan keuntungan dan kemanfaatan bagi diri kita sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Ke 2

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.